
SMAS PANCA SETYA SINTANG

SMAS PANCA SETYA SINTANG

2 Oktober 2025: Bukan Sekadar Seragam, SMAS Panca Setya Sintang Merayakan Kedaulatan Budaya Lewat Kewajiban Batik!

SINTANG, Redaksi Sanrosven – Kamis, 2 Oktober 2025. Keluarga besar SMAS Panca Setya Sintang hari ini, Kamis (2/10/2025), menunjukkan komitmennya yang teguh terhadap warisan budaya bangsa dengan cara yang unik dan tegas. Menandai Hari Batik Nasional, seluruh elemen sekolah—mulai dari guru, staf, hingga peserta didik—diwajibkan mengenakan seragam batik. Kebijakan ini bukan hanya untuk mematuhi peraturan, tetapi merupakan langkah nyata sekolah dalam menanamkan kesadaran dan kebanggaan akan sejarah batik Indonesia.
Mewajibkan Batik: Relevansi dengan Sejarah 2009
Kebijakan ini diambil sebagai bentuk respons dan peringatan atas momen krusial dalam sejarah budaya Indonesia, yaitu diakuinya Batik oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009 sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi.
“Penetapan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional melalui Keppres No. 33 Tahun 2009 adalah pengingat bahwa batik kita pernah terancam klaim dari pihak asing. Kita berhasil mempertahankannya melalui jalur diplomasi elegan,” ujar Kepala Sekolah SMAS Panca Setya Sintang. “Melalui kewajiban mengenakan batik hari ini, kami ingin memastikan bahwa generasi muda memahami akar sejarah ini. Batik bukan hanya kain, tetapi simbol identitas, filosofi hidup, dan resiliensi budaya bangsa kita.”
Batik sebagai Jati Diri: Melawan Keterasingan Budaya
Langkah SMAS Panca Setya Sintang ini sejalan dengan tujuan strategis dari Hari Batik Nasional: melestarikan warisan budaya dan memperkuat jati diri bangsa.
- Melestarikan Warisan Leluhur: Kewajiban ini diharapkan dapat menumbuhkan minat siswa terhadap proses, filosofi, dan keragaman motif batik. Sebagaimana disorot dalam literatur akademik, peran aktif masyarakat dan institusi pendidikan sangat penting untuk mencegah punahnya keterampilan membatik tradisional dan melawan serbuan produk tiruan.
- Meningkatkan Kebanggaan: Dengan menjadikan batik sebagai busana utama di hari bersejarah ini, sekolah berupaya memposisikan batik sebagai “ikon bangsa” yang harus dibanggakan, bukan hanya di acara formal, tetapi sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
- Diplomasi Lokal: Setiap helai batik yang dikenakan oleh warga sekolah adalah bentuk diplomasi budaya lokal, menegaskan komitmen mereka untuk menjaga “sertifikat kepemilikan” yang telah diperjuangkan di tingkat internasional.
Pesan untuk Generasi Z: Bukan Sekadar Fashion
Peringatan Hari Batik Nasional di SMAS Panca Setya Sintang ini menjadi pengingat yang kuat bagi para siswa—generasi muda yang akrab dengan budaya global—bahwa di balik keindahan motif yang mereka kenakan tersimpan sejarah panjang perjuangan budaya.
Langkah sekolah ini diharapkan dapat memantik diskusi lebih lanjut di kalangan pelajar tentang bagaimana mereka dapat mengambil peran dalam mendorong ekonomi kreatif lokal dan memastikan bahwa batik tetap lestari di tengah arus modernisasi.
“Ini bukan tentang fashion semata. Ini tentang memaknai sejarah, mencintai karya anak bangsa, dan memperkuat nasionalisme,” pungkas salah satu guru mata pelajaran Sejarah, menegaskan pentingnya peringatan ini di lingkungan sekolah.
#SMASpancasetyasintang
#Timmultimedia
#Redaksisanrosven